Tingkatan dzikir menurut Ibnu Athaillah As Sakandary pengarang kitab Al Hikam, ada empat macam yaitu:
Pertama, dzikir dengan lupa (dzikir dengan lisan).
Dalam kategori ini biasanya orang yang berdzikir hanya sebatas di mulut, contohnya ketika ada petir menyambar seseorang akan bilang astagfirullah, subhanallah, maupun innalillah tapi bukan karena benar-benar ingat Allah melainkan karena kaget (reflek) karena lupa.
Kedua, dzikir yaqdzoh (dzikir sadar).
Dalam kesempatan ini seseorang bisa dzikir dengan keadaan sadar. Meskipun demikian orang yang berdzikir belum sepenuhnya ikhlas berdzikir karena Allah. Masih sebatas menggunakan kekuatan fikiran sadarnya, belum sampai tembus ke dalam hati (Bawah sadar). Dalam keadaan ini orang yang berdzikir senantiasa ingat kepada Allah, namun belum sepenuhnya menyadari apa yang harus dilakukan.
Ketiga, dzikir khudurul qolbi (hadirnya hati).
Dalam tahap inilah seseorang bisa berdzikir dengan menggunakan hatinya. dimana hatinya senantiasa ingat kepada Allah dalam setiap saat dan setiap waktu. Orang yang bisa berdzikir dengan menggunakan hatinya, akan bisa tenang dalam hidupnya karena akan selalu ingat kepada Allah.
Keempat, dzikir ruh.
Dimana dzikir ini merupakan puncaknya dzikir. Karena seseorang yang berada dalam tahap ini sudah tidak mengingat apapun kecuali ingat Allah. semua yang ada di dunia tidak ada artinya, yang ada hanyalah Allah semata. Dzikir pada tahap ini merupakan dzikir yang biasanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang benar-benar dekat dengan Allah (waliyullah).
Nasehat Ibnu Athaillah As Sakandary : AL HIKAM : HIKMAH 47, Jangan Tinggalkan Dzikir
لا تترك الذكر لعدم حضورك مع الله فيه لان غفلتك عن وجود ذكره أشد من غفلتك في وجود ذكره فعسى ان يرفعك من ذكر مع وجود غفلة الى ذكر مع وجود يقظة ومن ذكر مع وجود يقظة الى ذكر مع وجود حضور ومن ذكر مع وجود حضور الى ذكر مع وجود غيبة عما سوى المذكور وما ذلك علي الله بعزيز
“Janganlah kamu meninggalkan dzikir karena tidak adanya kehadiranmu kepada Allah, kelalaianmu dari dzikir kepada Allah itu lebih berat dari kelalaianmu dalam atau ketika berdzikir kepada Allah. Mungkin saja Allah akan mengangkatmu dari dzikir (disertai adanya lupa) menuju dzikir yang disertai ingat kepada Allah dan dari dzikir yang disertai ingat kepada Allah menuju dzikir yang disertai hadirnya hati dan dari dzikir yang disertai hadirnya hati menuju dzikir yang disertai hilangnya sesuatu selain Allah SWT. Dan semua itu bukanlah hal yang sulit bagi Allah SWT.”
Dari hikmah di atas Ibnu Athaillah menjelaskan bahwa dzikir itu ada 4 tahap :
Lisan : لسان
Ingat dalam hati : يقظة
Hadirnya Hati : حضور
Hilangnya sesuatu selain Allah : (غيبة عما سوى المذكور )
Ketika kita dzikir kepada Allah tapi akal kita lupa lalu kita meninggalkannya, maka hal ini adalah suatu kesalahan yang sangat fatal. Lebih baik kita berdzikir walaupun hati kita lupa, karena suatu ketika Allah akan menjadikan kita dalam derajat يقظة lalu menuju derajat حضور dan sampai pada derajat غيبة عما سوى المذكور.
Allohu a'lam.
Allohu a'lam.