Subscribe:

Tentang Bakalan Ada Kejadian Di Pertengahan Ramadhan

Diposkan Oleh: Muhtadi Bantan - Diperbarui Pada: Sabtu, 25 April 2020 Pukul 00.46.00




Benarkah Bakal Ada Kejadian Di Pertengahan Ramadhan?

Soal telah beredarnya sebuah hadis yang menyebutkan bakal terjadinya hal-hal yang menakutkan di pertengahan Ramadhan hingga umat Islam yang dalam keadaan susah menghadapi musibah Corona saat ini justru malah ditakut-takuti lagi dengan tanda-tanda kiamat. Maka dari itu, beberapa ulasan dalam tulisan ini tentang keadaan sebuah hadis itu dipandang dari sudut ilmu hadis dan realitanya. Awal hadis itu berbunyi;

ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﺃَﺑُﻮ ﻋُﻤَﺮَ، ﻋَﻦِ اﺑْﻦِ ﻟَﻬِﻴﻌَﺔَ، ﻗَﺎﻝَ: ﺣَﺪَّﺛَﻨِﻲ ﻋَﺒْﺪُ اﻟْﻮَﻫَّﺎﺏِ ﺑْﻦُ ﺣُﺴَﻴْﻦٍ، ﻋَﻦْ ﻣُﺤَﻤَّﺪِ ﺑْﻦِ ﺛَﺎﺑِﺖٍ اﻟْﺒُﻨَﺎﻧِﻲِّ، ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻴﻪِ، ﻋَﻦِ اﻟْﺤَﺎﺭِﺙِ اﻟْﻬَﻤْﺪَاﻧِﻲِّ، ﻋَﻦِ اﺑْﻦِ ﻣَﺴْﻌُﻮﺩٍ، ﺭَﺿِﻲَ اﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻪُ، ﻋَﻦِ اﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻗَﺎﻝَ:

Abu Umar bercerita kepada kami dari Ibnu lahi'ah, Abdul Wahhab bercerita kepada saya, dari Muhammad bin Tsabit dari ayahnya, dari Harits Al-Hamdani dari Ibnu Mas'ud dari Nabi shalallahu alaihi wasallam

«ﺇِﺫَا ﻛَﺎﻧَﺖْ ﺻَﻴْﺤَﺔٌ ﻓِﻲ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻳَﻜُﻮﻥُ ﻣَﻌْﻤَﻌَﺔٌ ﻓِﻲ ﺷَﻮَّاﻝٍ، ﻭَﺗَﻤْﻴِﻴﺰُ اﻟْﻘَﺒَﺎﺋِﻞِ ﻓِﻲ ﺫِﻱِ اﻟْﻘَﻌْﺪَﺓِ، ﻭَﺗُﺴْﻔَﻚُ اﻟﺪِّﻣَﺎءُ ﻓِﻲ ﺫِﻱِ اﻟْﺤِﺠَّﺔِ ﻭَاﻟْﻤُﺤَﺮَّﻡِ، ﻭَﻣَﺎ اﻟْﻤُﺤَﺮَّﻡُ» ، ﻳَﻘُﻮﻟُﻬَﺎ ﺛَﻼَﺛًﺎ، «ﻫَﻴْﻬَﺎﺕَ ﻫَﻴْﻬَﺎﺕَ، ﻳُﻘْﺘَﻞُ اﻟﻨَّﺎﺱُ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻫَﺮْﺟًﺎ ﻫَﺮْﺟًﺎ» ﻗَﺎﻝَ:

"Jika terjadi TERIAKAN di bulan Ramadhan maka akan terjadi huru-hara di bulan Syawal, perpecahan bangsa di bulan Dzulqa'dah, pembunuhan di bulan Dzulhijjah dan Muharram. Nabi mengulang 3x. "Jauh sekali. Jauh sekali. Manusia akan dibunuh di bulan itu secara berbondong-bondong"

ﻗُﻠْﻨَﺎ: ﻭَﻣَﺎ اﻟﺼَّﻴْﺤَﺔُ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ اﻟﻠَّﻪِ؟ ﻗَﺎﻝَ: " ﻫَﺪَّﺓٌ ﻓِﻲ اﻟﻨِّﺼْﻒِ ﻣِﻦْ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ ﻟَﻴْﻠَﺔَ ﺟُﻤُﻌَﺔٍ، ﻓَﺘَﻜُﻮﻥُ ﻫَﺪَّﺓٌ ﺗُﻮﻗِﻆُ اﻟﻨَّﺎﺋِﻢَ، ﻭَﺗُﻘْﻌِﺪُ اﻟْﻘَﺎﺋِﻢَ، ﻭَﺗُﺨْﺮِﺝُ اﻟْﻌَﻮَاﺗِﻖَ ﻣِﻦْ ﺧُﺪُﻭﺭِﻫِﻦَّ، ﻓِﻲ ﻟَﻴْﻠَﺔِ ﺟُﻤُﻌَﺔٍ، ﻓِﻲ ﺳَﻨَﺔٍ ﻛَﺜِﻴﺮَﺓِ اﻟﺰَّﻻَﺯِﻝِ

Kami bertanya: Apa teriakan itu wahai Rasulullah? Nabi menjawab: "Gemuruh di separuh Ramadhan di malam Jum'at. Gemuruh ini akan membangunkan orang tidur, mendudukkan orang berdiri, mengeluarkan wanita-wanita muda dari peraduannya. Di malam Jum'at. Di tahun yang banyak terjadi gempa"

ﻓَﺈِﺫَا ﺻَﻠَّﻴْﺘُﻢُ اﻟْﻔَﺠْﺮَ ﻣِﻦْ ﻳَﻮْﻡِ اﻟْﺠُﻤُﻌَﺔِ ﻓَﺎﺩْﺧُﻠُﻮا ﺑُﻴُﻮﺗَﻜُﻢْ، ﻭَاﻏْﻠِﻘُﻮا ﺃَﺑْﻮَاﺑَﻜُﻢْ، ﻭَﺳُﺪُّﻭا ﻛُﻮَاﻛُﻢْ، ﻭَﺩِﺛِّﺮُﻭا ﺃَﻧْﻔُﺴَﻜُﻢْ، ﻭَﺳُﺪُّﻭا ﺁﺫَاﻧَﻜُﻢْ، ﻓَﺈِﺫَا ﺣَﺴَﺴْﺘُﻢْ ﺑﺎﻟﺼﻴﺤﺔ ﻓَﺨِﺮُّﻭا ﻟِﻠَّﻪِ ﺳُﺠَّﺪًا، ﻭَﻗُﻮﻟُﻮا: ﺳُﺒْﺤَﺎﻥَ اﻟْﻘُﺪُّﻭﺱِ، ﺳُﺒْﺤَﺎﻥَ اﻟْﻘُﺪُّﻭﺱِ، ﺭَﺑُّﻨَﺎ اﻟْﻘُﺪُّﻭﺱُ، ﻓَﺈِﻥَّ ﻣَﻦْ ﻓَﻌَﻞَ ﺫَﻟِﻚَ ﻧَﺠَﺎ، ﻭَﻣَﻦْ ﻟَﻢْ ﻳَﻔْﻌَﻞْ ﺫَﻟِﻚَ ﻫَﻠَﻚَ "

"Jika kalian shalat subuh di hari Jum'at maka masuklah ke rumah kalian, tutup pintu, rapatkan jendela, pakailah selimut, tutup telinga kalian. Jika kalian merasa ada teriakan maka sujudlah kepada Allah dan ucapkan "Subhanal Quddus 2x. Rabbuna Al-Quddus". Barang siapa melakukan hal itu akan selamat. Jika tidak maka akan binasa"

Hadis ini terdapat dalam kitab Al-Fitan karya Syekh Nuaim bin Hammad. Berikut penilaian Perawi Hadis menurut para Huffadz di bidang ilmu hadis:

1. Ibnu Lahi'ah

Para ulama menilainya dhaif karena ia memiliki kitab yang terbakar sehingga daya ingatnya berubah.

2. Abdul Wahhab bin Husain

Al-Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani berkata:

"ﻋﺒﺪ اﻟﻮﻫﺎﺏ" ﺑﻦ ﺣﺴﻴﻦ ﻋﻦ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺛﺎﺑﺖ ﻭﻋﻨﻪ اﺑﻦ ﻟﻬﻴﻌﺔ ﺃﺧﺮﺝ ﻟﻪ اﻟﺤﺎﻛﻢ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺏ اﻷﻫﻮاﻝ ﻣﻦ اﻟﻤﺴﺘﺪﺭﻙ ﺣﺪﻳﺜﺎ ﻭﻗﺎﻝ ﺃﺧﺮﺟﺘﻪ ﺗﻌﺠﺒﺎ ﻭﻋﺒﺪ اﻟﻮﻫﺎﺏ ﻣﺠﻬﻮﻝ ﻗﺎﻝ اﻟﺬﻫﺒﻲ ﻓﻲ ﺗﻠﺨﻴﺼﻪ ﻗﻠﺖ ﺫا اﻟﺨﺒﺮ ﻣﻮﺿﻮﻉ اﻧﺘﻬﻰ

Abdul Wahhab bin Husain, ia meriwayatkan dari Muhammad bin Tsabit, ia dari Ibnu Lahi'ah. Al-Hakim meriwayatkan 1 hadis dalam Al-Mustadrak bab Al-Ahwal. Ia meriwayatkan karena takjub saja. Abdul Wahhab ini tidak diketahui. Adz-Dzahabi berkata: "Hadis ini palsu" (Lisan Al-Mizan 2/139)

3. Harits Al-A'war

Terkait perawi yang 1 ini langsung dicantumkan oleh Imam Muslim dalam Mukadimah Sahihnya:

ﻋَﻦِ اﻟﺸَّﻌْﺒِﻲِّ، ﻗَﺎﻝَ: ﺣَﺪَّﺛَﻨِﻲ اﻟْﺤَﺎﺭِﺙُ اﻷَْﻋْﻮَﺭُ اﻟْﻬَﻤْﺪَاﻧِﻲُّ، ﻭَﻛَﺎﻥَ ﻛﺬاﺑﺎ. ﻋَﻦْ ﻣُﻐِﻴﺮَﺓَ، ﻗَﺎﻝَ: ﺳَﻤِﻌْﺖُ اﻟﺸَّﻌْﺒِﻲَّ، ﻳَﻘُﻮﻝُ: ﺣَﺪَّﺛَﻨِﻲ اﻟْﺤَﺎﺭِﺙُ اﻷَْﻋْﻮَﺭُ، ﻭَﻫُﻮَ ﻳَﺸْﻬَﺪُ ﺃَﻧَّﻪُ ﺃَﺣَﺪُ اﻟْﻜَﺎﺫِﺑِﻴﻦَ

"Sya'bi berkata bahwa Harits al-A'war Al-Hamdani ini adalah sangat pembohong"

Al-Hafidz Adz-Dzahabi memberi penilaian tengah-tengah soal perawi ini dalam kitabnya Siyar A'lam An-Nubala' 4/152. Beliau berkata:

ﻓَﺄَﻣَّﺎ ﻗَﻮْﻝُ اﻟﺸَّﻌْﺒِﻲِّ اﻟﺤَﺎﺭِﺙُ ﻛَﺬَّاﺏٌ, ﻓَﻤَﺤْﻤُﻮْﻝٌ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﻧَّﻪُ ﻋَﻨَﻰ ﺑِﺎﻟﻜَﺬِﺏِ اﻟﺨَﻄَﺄَ ﻻَ اﻟﺘَّﻌَﻤُّﺪَ

"Maksud perkataan Sya'bi bahwa Haris ini pembohong diarahkan sebagai kesalahan, bukan bohong secara sengaja"

ﻭَﻛَﺬَا ﻗَﺎﻝَ ﻋَﻠِﻲُّ ﺑﻦُ اﻟﻤَﺪِﻳْﻨِﻲِّ، ﻭَﺃَﺑُﻮ ﺧَﻴْﺜَﻤَﺔَ: ﻫُﻮَ ﻛَﺬَّاﺏٌ

"Demikian pula perkataan Ali bin Madini dan Abu Khaitsamah bahwa Harits adalah sangat pendusta"

ﻭَﺃَﻣَّﺎ ﻳَﺤْﻴَﻰ ﺑﻦُ ﻣَﻌِﻴْﻦٍ، ﻓَﻘَﺎﻝَ: ﻫُﻮَ ﺛِﻘَﺔٌ ﻭَﻗَﺎﻝَ ﻣَﺮَّﺓً: ﻟَﻴْﺲَ ﺑِﻪِ ﺑَﺄْﺱٌ. ﻭَﻛَﺬَا ﻗَﺎﻝَ اﻹِﻣَﺎﻡُ اﻟﻨَّﺴَﺎﺋِﻲُّ: ﻟَﻴْﺲَ ﺑِﻪِ ﺑَﺄْﺱٌ, ﻭَﻗَﺎﻝَ ﺃَﻳْﻀﺎً: ﻟَﻴْﺲَ ﺑِﺎﻟﻘَﻮِﻱِّ

Yahya bin Ma'in berkata: "Ia terpercaya". Dalam kesempatan lain: "Dia tidak apa-apa". Demikian pula Imam Nasa'i. Pada kesempatan lain Nasa'i berkata: "Harits bukan perawi yang kuat"

ﺛُﻢَّ ﺇِﻥَّ اﻟﻨَّﺴَﺎﺋِﻲَّ ﻭَﺃَﺭْﺑَﺎﺏَ اﻟﺴُّﻨَﻦِ اﺣْﺘَﺠُّﻮا ﺑِﺎﻟﺤَﺎﺭِﺙِ

Kemudian Nasa'i dan para ulama pengarang kitab hadis As-Sunan berhujjah dengan Harits

ﻭَﻗَﺎﻝَ ﺃَﺑُﻮ ﺣَﺎﺗِﻢٍ: ﻻَ ﻳُﺤْﺘَﺞُّ ﺑِﻪِ

Abu Hatim berkata: "Harits tidak bisa dijadikan Hujjah"

ﻭَﻫُﻮَ ﻣِﻤَّﻦْ ﻋِﻨْﺪِﻱ ﻭﻗﻔﺔ ﻓِﻲ اﻻﺣْﺘِﺠَﺎﺝِ ﺑِﻪِ

"Harits ini menurut saya (Adz-Dzahabi) termasuk orang yang tidak boleh dijadikan Hujjah"

Disamping hadis ini ada yang menilai hadis palsu, juga ada yang menilai dhaif, maka tidak bisa dijadikan Hujjah. Ternyata Syekh Nuaim bin Hammad yang mencantumkan hadis tersebut di dalam kitab Al-Fitan telah membuat judul khusus:

ﻣَﺎ ﻳُﺬْﻛَﺮُ ﻣِﻦْ ﻋَﻼَﻣَﺎﺕٍ ﻣِﻦَ اﻟﺴَّﻤَﺎءِ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻓِﻲ اﻧْﻘِﻄَﺎﻉِ ﻣُﻠْﻚِ ﺑَﻨِﻲ اﻟْﻌَﺒَّﺎﺱِ

"Beberapa riwayat tentang tanda-tanda dari langit soal terputusnya kerajaan Bani Abbas".

Dengan demikian riwayat ini sangat multi tafsir, hampir setiap Ramadhan yang pertengahan Ramadhan jatuh pada Hari Jum'at maka hadis ini selalu ditampilkan. Wallahu A'lam.

•] Tetap hadapi Ramadhan dengan bahagia dan buka puasa dengan penuh nikmat

Karomah Embah Arwani Amin Kudus

Diposkan Oleh: Muhtadi Bantan - Diperbarui Pada: Kamis, 16 Mei 2019 Pukul 05.28.00




Kalau membahas biografi seorang ulama maka pasti tiada kunjung habisnya untuk diceritakan bahkan ditulisnya pun akan berlembar kertas. itulah makna dari sekian banyak arti dari luasnya ilmu Sang Pencipta Yang Maha kasih.
Kali ini saya ikut berbagi tentang sekian banyak karomah yang dipunyai salah satu master huffadz tanah jawa yaitu al-maghfurlah Embah Arwani kudus. Semoga apa yang tersaji menjadi pelantara saya khususnya umumnya para pembaca pengunjung blog ini menjadi pengamal penerus perjuangan para Ulama Awliya Allah dimuka bumi dan bisa bersama nanti kelak dialam keabadian.

Karomah KH, Muhammad Arwani Amin Kudus.

KAROMAH KH. MUHAMMAD ARWANI AMIN (MBAH ARWANI) (KUDUS – JAWA TENGAH)

1. AIR PUTIH PEMBERIAN MBAH ARWANI BERFUNGSI SEBAGAI BAHAN BAKAR

Suatu hari, Mbah Arwani pergi ke luar Kota untuk menghadiri suatu acara bersama beberapa Kiai dengan menggunakan mobil. Selepas menghadiri acara, rombongan Mbah Arwani pun pulang menuju Kudus. Baru sampai di daerah Rembang tiba-tiba mobilnya mogok. Setelah diperiksa oleh sang sopir, ternyata bahan bakar mobilnya habis. Sang sopir dan beberapa anggota rombongan bingung, karena pada waktu itu sangat jarang keberadaan SPBU atau yang menjual BBM eceran di pinggir jalan.

Di saat sopir dan para Kiai kebingungan, tiba-tiba Mbah Arwani memberi air putih kemasan dan dawuh, “Coba tuangkan pakai air putih ini.”

Tanpa ragu, sang sopir pun mengiyakan dawuh Mbah Arwani tersebut. Subhanallah… mobil pun kembali bisa berjalan.

2. MBAH ARWANI PERGI KE MADINAH DALAM SEKEJAP

KH. Manshur Popongan adalah guru Thariqahnya Mbah Arwani. Saat Mbah Manshur dirawat di sebuah Rumah Sakit di Kota Solo, Mbah Arwani menjenguk gurunya itu. Di sela-sela obrolan guru dan muridnya tersebut, tiba-tiba Mbah Manshur minta sesuatu kepada Mbah Arwani, “Mbah Arwani, saya ingin sekali makan kurma hijau, apa sampeyan bisa mencarikan untukku ?.”

Dengan bergegas Mbah Arwani pun menyanggupi permintaan gurunya itu. Dalam sekejap, setelah Mbah Arwani keluar dari kamar tempat gurunya dirawat, Mbah Arwani langsung tiba di Kota Madinah Al-Munawwarah.

Setelah sampai di Madinah, Mbah Arwani pun langsung mencari kurma hijau di sebuah pasar Kota Madinah. Sehabis membeli kurma hijau, Mbah Arwani tidak ingin menyia-nyiakan waktunya untuk ziarah ke makam Rasulullah SAW dan shalat di Masjid Nabawi. Namun, baru beberapa raka’at shalat selesai didirikan, Mbah Arwani melihat gurunya sudah berada di belakangnya. Betapa kaget Mbah Arwani karena sudah disusul oleh gurunya itu. Gurunya pun dawuh, “Selesai shalat langsung pulang, ya ?.”

Mbah Arwani pun menjawab, “Nggeh, Mbah Yai.”

3. ROKOK PEMBERIAN MBAH ARWANI TAK PERNAH HABIS

Suatu waktu, ada seorang tamu yang sowan kepada Mbah Arwani. Tidak berselang lama, si tamu diberi jamuan dan sebungkus rokok. Setelah mendengar nasihat-nasihat dari Mbah Arwani, si tamu pun mohon pamit untuk pulang. Tetapi sebelum pulang, Mbah Arwani bilang, “Bawa saja rokoknya, tapi jangan dihitung berapa isinya ?.” 
Si tamu pun mengangguk, “Nggeh, Mbah Yai.”

Tak terasa, si tamu merasa heran, kenapa sudah satu minggu rokok yang dikasih Mbah Arwani itu tidak habis-habis, padahal dalam sehari ia bisa menghabiskan kurang lebih 6 batang rokok. Karena penasaran, ia pun membuka bungkus rokok yang dikasih Mbah Arwani tersebut, ternyata isinya tinggal 1 batang. Ia pun merasa bersalah karena tidak mematuhi pesan Mbah Arwani agar tidak membuka bungkusnya. Ia pun berpikir jika dalam sehari ia bisa menghabiskan 6 batang rokok berarti isi rokok yang ada di bungkus itu kurang lebih 42 batang, padahal pada waktu itu, umumnya satu bungkus rokok berisi 12 batang. 
Subhanallah…

4. MBAH ARWANI TERHINDAR DARI KECELAKAAN BUS

Kiai Manshur Maskan adalah santri kinasih sekaligus anak angkatnya Mbah Arwani. Setiap kali Mbah Arwani mendapat undangan sema’an Al-Qur’an, Kiai Manshur sering diajak untuk menyimaknya.

Suatu hari, Kiai Manshur diajak gurunya untuk menghadiri undangan sema’an Al-Qur’an di luar Kota. Karena jaraknya jauh, Mbah Arwani pun memutuskan untuk naik bus. Lama sekali Kiai Manshur dan gurunya menunggu datangnya bus. Tak berselang lama, ada bus yang kondisinya baik dan mulus lewat di depan mereka, saat Kiai Manshur akan menghentikan bus tersebut, tiba-tiba Mbah Arwani melarangnya, “Jangan bus ini, tapi bus berikutnya saja.”

Kiai Manshur pun hanya mengiyakan dawuh gurunya itu. Kemudian datanglah bus yang kondisinya tidak baik dan kurang mulus di depan mereka. Kiai Manshur pun menghentikan bus tersebut atas perintah gurunya itu.

Dalam perjalanan, Kiai Manshur melihat sebuah peristiwa kecelakaan, ternyata yang kecelakaan adalah bus yang tadi hampir dinaiki dirinya dan gurunya itu. Dalam hati, Kiai Manshur berujar, “Ternyata Mbah Yai Arwani melihat kejadian sebelum kejadian itu terjadi.” 
Subhanallah…

Oleh: Saifur Ashaqi (Alumni PTYQ Pusat)
Sumber: KH. Manshur Maskan dan KH. Sa’dullah royani )

Ket. Foto : KH.Arwani Amin Said Dan KH.Turaichan Adjhuri Assyarofi .

Terimakasih pada teman yang telah sudi mampir dan berbagi dalam doa keselamatan buat saya. Semoga bermanfaat.

Semua Tentang Kekurangan Dan Kelebihan

Diposkan Oleh: Muhtadi Bantan - Diperbarui Pada: Rabu, 10 Juni 2015 Pukul 03.57.00


Kekurangan dalam diri sering ditutupi agar tiada yg tahu begitu kurangnya diri dimata orang lain. Hanya saja bukan berarti kurang percaya akan diri sendiri sama sekali dan tak ingin dibicarakan, melainkan ketika itu pula kembali pada diri masing-masing, ada sesuatu hal yg diingini. Sebatas manakah menyembunyikan kekurangan itu? Akibat dari mengutarakannya bagaimana? Dan bila disebarluaskan akan berakibat apa? Sebab sering ada jg yg megutarakan kurang dan kekurangan dalam diri manakala ada satu sebab tujuan yg tersendiri. Misalnya: cara menolak pinangan orang dgn halus "saya tidak bisa masak, saya suka mendengkur, saya boros jajan dlsb."
Dan kurang ini kurang itu ga bisa ini ga bisa itu. Alhasil penyebutan kekurangan itu amat jarang sekali bahkan amat sangat langka, kebanyakan semuanya ditutup rapat-rapat agar tidak sampai kelihatan. Ini memang manusiawi juga.
Adakalanya kekurangan itu wajib ditutup rapat-rapat sebagaimana pula kelebihan pada diri sendiri jangan disebar luaskan. Kurang elok membicarakan dosa diri sendiri kepada orang lain walau tujuannya hanya sekedar dianggap orang yg hina. Pun amal kebaikan usah di sebarluaskan hanya agar dianggap orang yg teristimewa.
َلاَ تُظْهِرَنَّ فَضِيْلَةً كَيْ تُعْتَقَدْ ~♥~ لاَ تَبْرُزَنَّ لِيَنْكُرُوْكَ رَذآئِلا
Kemarin saya menyekap janda kaya sampai pagi hingga ia 'terkapar' tak berdaya. Padahal walau ia benar berbuat begitu namun, alangkah bijaknya jika tak dibicarakan biarpun hanya sekedar anggapan orang bahwa dia bukan orang baik-baik.
Kemarin saya melakukan qiyamullail sampai subuh diambang fajar hingga tak terasa badanpun lemas serta kantuk pagi harinya. Padahal biarpun dia benar mengerjakan qiamullail, alangkah kurang tepat bila disebarluaskan walau hanya sekedar agar dijiluki yg paling beribadah bukan untuk diikuti semata.

Tentang Hati Kita

Diposkan Oleh: Muhtadi Bantan - Diperbarui Pada: Sabtu, 05 Juli 2014 Pukul 02.26.00



Tentang Hati Kita


Tentang Hati.
Imam Al-Ghazali mengelompokkan hati menjadi 3 macam:
1. Hati sehat dan bercahaya (yaitu hati yang beriman, ikhlas dan penuh cinta)
2. Hati yang sakit (yaitu hati yang sulit menahan nafsu seperti iri, dengki, dendam prasangka buruk, marah, menghasut menggunjing)
3. Hati yang mati (yaitu hati yang ingkar dan durhaka kepada ALLAH, Rasulullah Shalallahu alaihiwasallam, kedua orang tua, kepada 'Ulama dan Guru).

Imam Al-Ghazali berkata: Penyebab Hati menjadi mati :
1. Ingkar kepada ALLAH, Rosululloh dan Para Ulama
2. Prasangka buruk
3. Menggunjing
4. Memfitnah
5. Malas Ibadah
6. Memakan makanan yang haram 
7. Terlalu cinta dunia
8. Tidak Ikhlas
9. Marah dan dendam
10. Kurang Bersyukur.

Bagaimana cara menghidupkan hati atau mengobati hati yang sakit.
Ingatlah istilah "tombo ati" Obat hati ada 5, yakni :
1. Membaca Al Qur'an dan mentadabburi ayat-ayatnya
2. Menghidupkan shalat malam
3. Perbanyak puasa sunah, sebagai latihan mengendalikan hawa nafsu
4. Berkumpul / mendekat dengan lingkungan orang-orang yang soleh.
Mereka adalah teman dan sahabat yang senantiasa mengingatkan dan mengajak kita pada jalan kebaikan
5. Perbanyak dzikir untuk membersihkan dan melembutkan hati.

Semoga Allah Ta'ala senantiasa membimbing kita pada jalanNya dan memberikan karunia qolbu yang bersih, tenang dan tenteram, sehingga mampu membaca Cahaya petunjuk dariNya. Aamiin