" ليس الجمال بأثواب تزيننا ولكن الجمال بجمال العلم والأدب "

Silahkan cari:
Subscribe:

Ads 468x60px

Semua Tentang Kekurangan Dan Kelebihan

Diposkan Oleh: Muhtadi Bantan - Diperbarui Pada: Rabu, 10 Juni 2015 Pukul 03.57.00


Kekurangan dalam diri sering ditutupi agar tiada yg tahu begitu kurangnya diri dimata orang lain. Hanya saja bukan berarti kurang percaya akan diri sendiri sama sekali dan tak ingin dibicarakan, melainkan ketika itu pula kembali pada diri masing-masing, ada sesuatu hal yg diingini. Sebatas manakah menyembunyikan kekurangan itu? Akibat dari mengutarakannya bagaimana? Dan bila disebarluaskan akan berakibat apa? Sebab sering ada jg yg megutarakan kurang dan kekurangan dalam diri manakala ada satu sebab tujuan yg tersendiri. Misalnya: cara menolak pinangan orang dgn halus "saya tidak bisa masak, saya suka mendengkur, saya boros jajan dlsb."
Dan kurang ini kurang itu ga bisa ini ga bisa itu. Alhasil penyebutan kekurangan itu amat jarang sekali bahkan amat sangat langka, kebanyakan semuanya ditutup rapat-rapat agar tidak sampai kelihatan. Ini memang manusiawi juga.
Adakalanya kekurangan itu wajib ditutup rapat-rapat sebagaimana pula kelebihan pada diri sendiri jangan disebar luaskan. Kurang elok membicarakan dosa diri sendiri kepada orang lain walau tujuannya hanya sekedar dianggap orang yg hina. Pun amal kebaikan usah di sebarluaskan hanya agar dianggap orang yg teristimewa.
َلاَ تُظْهِرَنَّ فَضِيْلَةً كَيْ تُعْتَقَدْ ~♥~ لاَ تَبْرُزَنَّ لِيَنْكُرُوْكَ رَذآئِلا
Kemarin saya menyekap janda kaya sampai pagi hingga ia 'terkapar' tak berdaya. Padahal walau ia benar berbuat begitu namun, alangkah bijaknya jika tak dibicarakan biarpun hanya sekedar anggapan orang bahwa dia bukan orang baik-baik.
Kemarin saya melakukan qiyamullail sampai subuh diambang fajar hingga tak terasa badanpun lemas serta kantuk pagi harinya. Padahal biarpun dia benar mengerjakan qiamullail, alangkah kurang tepat bila disebarluaskan walau hanya sekedar agar dijiluki yg paling beribadah bukan untuk diikuti semata.

Tentang Hati Kita

Diposkan Oleh: Muhtadi Bantan - Diperbarui Pada: Sabtu, 05 Juli 2014 Pukul 02.26.00



Tentang Hati Kita


Tentang Hati.
Imam Al-Ghazali mengelompokkan hati menjadi 3 macam:
1. Hati sehat dan bercahaya (yaitu hati yang beriman, ikhlas dan penuh cinta)
2. Hati yang sakit (yaitu hati yang sulit menahan nafsu seperti iri, dengki, dendam prasangka buruk, marah, menghasut menggunjing)
3. Hati yang mati (yaitu hati yang ingkar dan durhaka kepada ALLAH, Rasulullah Shalallahu alaihiwasallam, kedua orang tua, kepada 'Ulama dan Guru).

Imam Al-Ghazali berkata: Penyebab Hati menjadi mati :
1. Ingkar kepada ALLAH, Rosululloh dan Para Ulama
2. Prasangka buruk
3. Menggunjing
4. Memfitnah
5. Malas Ibadah
6. Memakan makanan yang haram 
7. Terlalu cinta dunia
8. Tidak Ikhlas
9. Marah dan dendam
10. Kurang Bersyukur.

Bagaimana cara menghidupkan hati atau mengobati hati yang sakit.
Ingatlah istilah "tombo ati" Obat hati ada 5, yakni :
1. Membaca Al Qur'an dan mentadabburi ayat-ayatnya
2. Menghidupkan shalat malam
3. Perbanyak puasa sunah, sebagai latihan mengendalikan hawa nafsu
4. Berkumpul / mendekat dengan lingkungan orang-orang yang soleh.
Mereka adalah teman dan sahabat yang senantiasa mengingatkan dan mengajak kita pada jalan kebaikan
5. Perbanyak dzikir untuk membersihkan dan melembutkan hati.

Semoga Allah Ta'ala senantiasa membimbing kita pada jalanNya dan memberikan karunia qolbu yang bersih, tenang dan tenteram, sehingga mampu membaca Cahaya petunjuk dariNya. Aamiin

Makna Hidup Dalam Berproses

Diposkan Oleh: Muhtadi Bantan - Diperbarui Pada: Sabtu, 07 Juni 2014 Pukul 00.02.00


Makna Hidup Dalam Berproses.

Makna Hidup Dalam Berproses


Dalam ajaran sunda ada perkataan "Ulah eureun melak paré pédah aya béja isuk rék kiamat" (Jangan stop menanam padi karena ada berita bahwa besok akan kiamat).
Ucapan2 seperti ini tidak terlepas dari wejangan2 para leluhur kita dahulu, disarikan dari inti ajaran yg luhur.

Seperti dalam sebuah riwayat;
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Sekiranya kiamat datang, sedangkan di tanganmu ada anak pohon kurma, maka jika (masih) bisa menanamnya (tidak berlangsung kiamat itu sehingga selesai menanam tanaman), hendaklah kamu menanamnya (HR. Ahmad).

Disini Rasulullah Saw mengajarkan kita arti sebuah proses. Bahkan ketika kita sadar sepenuhnya bahwa kehancuran pasti datang, tetaplah menjalani proses yang ada. Melakukan perbaikan adalah proses yang harus terus berjalan walau mungkin ujungnya tidak bisa kita raba apalagi prediksi.

Kita diajarkan untuk berproses. Makanya dalam Islam, ibadah yang sedikit namun kontinyu dibilang sebuah hal yang sangat baik, ketimbang ibadah borongan. Kata pepatah sunda dikatakan 'Ibadah hirup kudu malapah gedang ulah gebrag tumbila'. Hal ini karena ibadah yang sedikit, sederhana namun kontinyu bukan hanya bertujuan pada hasil (berupa pahala dan keredhaan Allah) namun juga sebagai pembentuk karakter diri menjadi orang yang dalam tingkah sederhananya selalu merasakan adanya kuasa dan pantauan Allah. Hal ini akan membentuk karakter muraqabah, selalu merasa diawasi Allah.

Maka, berproseslah Sahabat!