" ليس الجمال بأثواب تزيننا ولكن الجمال بجمال العلم والأدب "

Silahkan cari:
Subscribe:

Ads 468x60px

Taqlid Dan Taqlid Buta

Diposkan Oleh: Muhtadi Bantan - Diperbarui Pada: Minggu, 16 Februari 2014 Pukul 01.33.00



Taqlid Dan Taqlid Buta


Taqlid Dan Taqlid Buta

Taqlid kepada orang lain secara rasional kemungkinannya 4 jenis:

(1)Taqlid seorang alim kepada alim lainnya secara akal sehat adalah suatu perbuatan yg tidak terpuji, karena tidak ada alasan bagi orang yang telah mengetahui ( alim ) tentang suatu masalah bertaqlid kepada orang lain yang juga mengetahui permasalahan yang sama.Kecuali sekedar Itiba dlm perbandingan saja layaknya second opinion ….

(2) Taqlid seorang jahil atau bodoh kpd yg juga jahil (yang sama) Sudah tentu akal sehat menilai perbuatan semacam ini sangat buruk dan tidak logis. Bagaimana mungkin orang yang bodoh bertaqlid kepada orang yang bodoh pula.kalau yg ini sama saja org yg buta minta dituntun oleh orang yg buta pula… Google itu ibarat tau jalan tapi tak tau arah…
.
(3)Taqlid seorang 'alim kepada orang jahil. Taqlid model ini paling parah bahkan teramat hinanya di mata masyarakat dan bahkan menurut penilaian anak kecil sekali pun. Mana mungkin orang yang dapat melihat dgn baik minta bantuan untuk dituntun ke suatu tempat kpd orang yg buta matanya.

(4) Taqlid seorang jahil kepada orang alim (ahli ilmu). Nah yg ini baru wajar dan logis. Bahkan menurut akal sehat memang begitulah seharusnya, yaitu orang yang awam dan bodoh diharuskan bertaqlid dan mengikuti saran-saran, nasihat-nasihat, fatwa-fatwa dan jejak langkah ahli ilmu.

Taqlid semacam ini tidaklah dikategorikan sebagai "taqlid buta" yang memang sangat dicela oleh akal sehat Contoh taqlid keempat ini tidak ada bedanya dengan seorang awam yang terkena penyakit tertentu berkonsultasi dan berobat kepada seorang dokter spesialisasi di bidangnya.Tak mungkin tukang abu gosok dapat menegnali jaringan instalasi arus tanpa dipandu tukang listrik.

"Taqlid buta" itu mengikuti dan menjalani tanpa keinginan untuk mengetahui sehingga kewajiban tholabul ilminya tdk terpenuhi….alias membebek tanpa memberi ruang kejelasan kebenaran atas apa yg dilakukan… 

Nasehat Walau Dari Bocah Kecil

Diposkan Oleh: Muhtadi Bantan - Diperbarui Pada: Jumat, 17 Januari 2014 Pukul 17.13.00


Nasehat Walau Dari Bocah Kecil

Numan bin Tsabit atau yang biasa kita kenal dengan Abu Hanifah, atau populer disebut Imam Hanafi, pernah berpapasan dengan anak kecil yang berjalan mengenakan sepatu kayu.

Sang imam berkata, "Hati-hati, Nak dengan sepatu kayumu itu Jangan sampai kau tergelincir.

Bocah ini pun tersenyum dan mengucapkan terima kasih atas perhatian abu hanifah.

Bolehkah saya tahu namamu, Tuan? tanya si bocah.

Numan namaku, Jawab sang imam.

Jadi, Tuan lah yang selama ini terkenal dengan gelar al-imam al-a'dhom (Imam agung) itu..?? "Tanya si bocah

Bukan aku yang memberi gelar itu, Masyarakatlah yang berprasangka baik dan memberi gelar itu kepadaku.

"Wahai Imam, hati-hati dengan gelarmu. Jangan sampai Tuan tergelincir ke neraka karna gelar.

Sepatu kayuku ini mungkin hanya menggelincirkanku di dunia. Tapi gelarmu itu dapat menjerumuskanmu ke dalam api yang kekal jika kesombongan dan keangkuhan menyertainya".

Ulama besar yang diikuti banyak umat Islam itu pun tersungkur menangis. Imam Hanafi bersyukur. Siapa sangka, peringatan datang dari lidah seorang bocah.

Jangan kita jadikan gelar dunia untuk keangkuhan/kesombongan didunia.

Lihat apa yang dibicarakan, jangan melihat siapa yang berbicara..!!

"أنظر لما قال ولا تنظر لمن قال"

Allahu a'lam.

Mazhab Fikih bukanlah Hukum Allah

Diposkan Oleh: Muhtadi Bantan - Diperbarui Pada: Pukul 04.07.00


Mazhab Fikih bukanlah Hukum Allah.

Semua mazhab fikih yang ada di dalam Islam berjalan di atas cahaya (kebenaran) dan cahaya ini bersumber dari Nabi Muhammad Saw. Jadi, tidak ada yang namanya Mazhab Batil. Lalu pantaskah seseorang mengatakan, "Ini mazhabnya batil. Yang menggunakannnya akan masuk neraka." Tidak boleh. Bahasa fanatik ini tidak dikenal oleh Islam. Para Imam Mazhab banyak yang berbeda pendapat dalam masalah fikih tapi tiap mereka tidak pernah mengklaim bahwa pendapat mereka adalah Hukum Allah. Agama adalah satu hal dan mazhab fikih itu adalah hal yang lain.

Agama adalah hukum Allah, sementara mazhab fikih adalah cara untuk memahami agama. Oleh sebab itu, ketika para sahabat akan membuka wilayah baru, Rasul Shollallohu 'alaihi Wasallam, berkata kepada mereka jika penduduk wilayah tersebut meminta Hukum (aturan) Allah, kata beliau, "Katakan kepada mereka: Tidak! Aku akan memberi aturan berdasarkan hukumku." Loh, kenapa Rasul memerintahkan sahabat untuk tidak menegakkan Hukum Allah? Rasul melanjutkan sabdanya kepada para sahabat, "Karena kamu tidak tahu bagaimana hukum Allah dan barangkali kamu salah."

Begitulah Nabi mengajarkan kita. Sebab, jika nabi memerintahkan sahabat untuk menggunakan Hukum Allah sementara jika mereka keliru memahaminya, maka masyarakat bisa salah memahami Hukum Allah. Oleh sebab itu, Hukum Allah yang bersumber dari Alquran dan Hadis harus kita terapkan berdasarkan pemahaman para ahli fikih, karena merekalah yang memahaminya. Sementara itu, pemahaman ahli fikih ini bukanlah hukum Allah. Sebab Hukum Allah itu maksum (tidak pernah salah) sementara pemahaman ahli fikih tidak maksum

Saat ini, tidak sedikit orang-orang yang menyamakan antara Mazhab Fikih dan Hukum Allah, di antaranya adalah kelompok yang mengaku dirinya Salafi. Mereka menganggap bahwa pemahaman ahli fikih adalah Hukum Allah dan siapa yang tidak menerapkan Hukum Allah maka dia kafir dan berhak untuk dibunuh. - Disadur dari perkataan Syekh Yusri Rusydi. Al-Azhar es-Syarief.