" ليس الجمال بأثواب تزيننا ولكن الجمال بجمال العلم والأدب "

Silahkan cari:
Subscribe:

Ads 468x60px

Nasehat Walau Dari Bocah Kecil

Diposkan Oleh: Muhtadi Bantan - Diperbarui Pada: Jumat, 17 Januari 2014 Pukul 17.13.00


Nasehat Walau Dari Bocah Kecil

Numan bin Tsabit atau yang biasa kita kenal dengan Abu Hanifah, atau populer disebut Imam Hanafi, pernah berpapasan dengan anak kecil yang berjalan mengenakan sepatu kayu.

Sang imam berkata, "Hati-hati, Nak dengan sepatu kayumu itu Jangan sampai kau tergelincir.

Bocah ini pun tersenyum dan mengucapkan terima kasih atas perhatian abu hanifah.

Bolehkah saya tahu namamu, Tuan? tanya si bocah.

Numan namaku, Jawab sang imam.

Jadi, Tuan lah yang selama ini terkenal dengan gelar al-imam al-a'dhom (Imam agung) itu..?? "Tanya si bocah

Bukan aku yang memberi gelar itu, Masyarakatlah yang berprasangka baik dan memberi gelar itu kepadaku.

"Wahai Imam, hati-hati dengan gelarmu. Jangan sampai Tuan tergelincir ke neraka karna gelar.

Sepatu kayuku ini mungkin hanya menggelincirkanku di dunia. Tapi gelarmu itu dapat menjerumuskanmu ke dalam api yang kekal jika kesombongan dan keangkuhan menyertainya".

Ulama besar yang diikuti banyak umat Islam itu pun tersungkur menangis. Imam Hanafi bersyukur. Siapa sangka, peringatan datang dari lidah seorang bocah.

Jangan kita jadikan gelar dunia untuk keangkuhan/kesombongan didunia.

Lihat apa yang dibicarakan, jangan melihat siapa yang berbicara..!!

"أنظر لما قال ولا تنظر لمن قال"

Allahu a'lam.

Mazhab Fikih bukanlah Hukum Allah

Diposkan Oleh: Muhtadi Bantan - Diperbarui Pada: Pukul 04.07.00


Mazhab Fikih bukanlah Hukum Allah.

Semua mazhab fikih yang ada di dalam Islam berjalan di atas cahaya (kebenaran) dan cahaya ini bersumber dari Nabi Muhammad Saw. Jadi, tidak ada yang namanya Mazhab Batil. Lalu pantaskah seseorang mengatakan, "Ini mazhabnya batil. Yang menggunakannnya akan masuk neraka." Tidak boleh. Bahasa fanatik ini tidak dikenal oleh Islam. Para Imam Mazhab banyak yang berbeda pendapat dalam masalah fikih tapi tiap mereka tidak pernah mengklaim bahwa pendapat mereka adalah Hukum Allah. Agama adalah satu hal dan mazhab fikih itu adalah hal yang lain.

Agama adalah hukum Allah, sementara mazhab fikih adalah cara untuk memahami agama. Oleh sebab itu, ketika para sahabat akan membuka wilayah baru, Rasul Shollallohu 'alaihi Wasallam, berkata kepada mereka jika penduduk wilayah tersebut meminta Hukum (aturan) Allah, kata beliau, "Katakan kepada mereka: Tidak! Aku akan memberi aturan berdasarkan hukumku." Loh, kenapa Rasul memerintahkan sahabat untuk tidak menegakkan Hukum Allah? Rasul melanjutkan sabdanya kepada para sahabat, "Karena kamu tidak tahu bagaimana hukum Allah dan barangkali kamu salah."

Begitulah Nabi mengajarkan kita. Sebab, jika nabi memerintahkan sahabat untuk menggunakan Hukum Allah sementara jika mereka keliru memahaminya, maka masyarakat bisa salah memahami Hukum Allah. Oleh sebab itu, Hukum Allah yang bersumber dari Alquran dan Hadis harus kita terapkan berdasarkan pemahaman para ahli fikih, karena merekalah yang memahaminya. Sementara itu, pemahaman ahli fikih ini bukanlah hukum Allah. Sebab Hukum Allah itu maksum (tidak pernah salah) sementara pemahaman ahli fikih tidak maksum

Saat ini, tidak sedikit orang-orang yang menyamakan antara Mazhab Fikih dan Hukum Allah, di antaranya adalah kelompok yang mengaku dirinya Salafi. Mereka menganggap bahwa pemahaman ahli fikih adalah Hukum Allah dan siapa yang tidak menerapkan Hukum Allah maka dia kafir dan berhak untuk dibunuh. - Disadur dari perkataan Syekh Yusri Rusydi. Al-Azhar es-Syarief.

Mengenal Sosok Syaikhina KH Mahfudz Termas

Diposkan Oleh: Muhtadi Bantan - Diperbarui Pada: Sabtu, 11 Januari 2014 Pukul 04.16.00


Mengenal sosok Syaikhina Wamusnidina KH Mahfudz Termas

Syaikhina Wamusnidina KH Mahfudz Termas



( SYEIKH MAHFUDZ AT-TERMASI / 1285-1338 H/1868-1920 M)


Beliau adalah Al Allamah Al Muhaddits Al Musnid Al Faqih Al Ushuli As Syeikh Muhammad Mahfudz bin Abdullah bin Abdul Mannan bin Abdullah bin Ahmad at-Tarmasi/Termas. Lahir di Tarmas (Termas) Jawa Tengah pada 12 Jumadil Ula 1285 H/31 Agustus 1868 M, dan bermukim di Mekah sampai beliau wafat pada 1 Rajab 1338 H/ 20 Mei 1920 M, dikala ayah beliau bermukim di Makkah. Beliau diasuh oleh ibu dan para pamanya.

Memperoleh ilmu dasar fiqih di usia muda dari beberapa ulama Jawa, dan beliau juga menghafal Al Qur’an. Kemudian ayah beliau, Al Allamah Al Faqih Syeikh Abdullah At Tarmusi memanggilnya untuk belajar di Makkah. 

Pada tahun 1291 beliau berangkat menemui sang ayah dan bermukim di Makkah untuk membaca beberapa kitab di hadapan beliau. Kemudian Syeikh Mahfudz kembali ke Jawa dan berguru kepada Al Allamah Syeikh Shalih bin Umar As Samarani (Semarang), juga untuk membaca beberapa kitab.

Kemudian,Syeikh Mahfudz melakukan rihlah thalab al ilmi untuk kedua kalinya ke Makkah dan mengambil berbagai disiplin ilmu dari para ulama besarnya. Diantara para guru Syeikh Mahfudz adalah Al Allamah As Sayyid Abi Bakr bin Muhammad Syatha Al Makki, yang merupakan pijakan Syeikh Mahfudz dalam periwayatan hadits. 

Syeikh Mahfudz juga menyimak banyak kitab hadits dan musthalah-nya dari Al Allamah Al Muhaddits As Sayyid Husain bin Muhammad Al Habsyi Al Makki yang dikenal sebagai “Ibnu Mufti” (Anak Mufti). Beliau juga banyak membaca kitab hadits dan ilmunya di hadapan Al Allamah Syeikh As Syafi’iyah Makkah Syeikh Muhammad Sa’id Ba Bashil. Beliau juga memperoleh ilmu qira’at 14 dari Al Allamah Syeikh Muhammad As Syarbini Ad Dimyathi.

Dalam menuntut ilmu, beliau benar-benar bermujahadah dengan terjaga di malam hari, hingga terlihat kelebihan beliau dalam hadits dan ilmu-ilmunya, juga menguasai fiqih dan ushulnya, serta ilmu qira’at. Sehingga para guru beliau memberikan izin untuk mengajar. Syeikh Mahfudz mengajar di Bab As Shafa Masjid Al Haram dan di rumah tempat beliau tinggal.

Dari beliau, keluar para ulama baik, yang berasal dari tanah Jawa maupun Arab. Mereka adalah Kyiai Raden Dahlan As Samarani (Semarang), Kyiai Muhammad Dimyathi At Tarmusi (Termas), Kyiai Khalil Al Lasimi (Lasem), Kyiai Muhammad Hasyim bin Asy’ari Al Jumbani (Jombang), Kyiai Muhammad Faqih bin Abdi Al Jabbar Al Maskumbani (Maskumambang), Kyiai Baidhawi, Kyiai Abdu Al Muhaimin putra Abdul Aziz Al Lasimi, Kyiai Nawawi Al Fasuruwani (Pasuruan), Kyai Abbas Buntet As Syirbuni (Cirebon), Kyiai Abdul Muhith bin Ya’kub As Sidarjawi As Surabawi (Sidoarjo-Surabaya).

Yang juga meriayatkan dari Syeikh Mahfudz adalah As Syeikh Muhammad Al Baqir bin Nur Al Jukjawi (Jogja), Kyiai Ma’shum bin Ahmad Al Lasimi (Lasem), Kyiai Shiddiq bin Abdillah Al Lasimi (Lasem), Kyiai Abdul Wahhab bin Hasbullah Al Jumbani (Jombang).

Sedangkan para ulama Arab dan lainnya yang mengambil periwayatan dari Syeikh Mahfudz adalah Al Muhaddits Syeikh Habibullah As Syanqithi, Muhaddits Al Harmain As Syeikh Hamdan, Syeikh Ahmad Al Mukhalilati, Syeikh Umar bin Abi Bakr Ba Junaid Al Makki, Syeikh Muhammad Abdul Baqi Al Ayubi Al Laknawi.

Beliau mengajar dengan menggunakan bahasa Arab fuskha (fasih) sebagai pengantar, walau terkadang beliau campur dengan bahasa Jawa. Karya-karya beliau antara lain, 
  • -Al Manhaj Dzawi An Nadhr fi Syarh Alfiyah Al Atsar, 

  • -Al Mauhibah Dzi Al Fadhl fi Hasyiyah Muqaddimah Ba Fadhal (4 jilid), 

  • -Nail Al Ma’mul Hasyiyah Ghayah Al Wushul ala Lubb Al Ushul (3 jilid), 

  • -Is’af Al Mathali’ bi Syarh Al Badr Al Lami’ Nadzmi Jam’i Al Jawami’ (2 jilid) 

  • -Hasiyah Takammulah Al Minhaj Al Qawim (1 jilid), 

  • -Ghunyah At Thalabah bi Syarh At Thayyibah fi Al Qaira’at Al Asyrah (1 jilid), 

  • -Kifayah Al Mustafid li Ma Ala Asanid, yang berisi periwayatan Syeikh Mahfudz dalam semua disiplin ilmu dan lainnya.

Kelebihan beliau dikenal di berbagai kalangan, dari ketawadhu’an hingga kebaikan akhlak. Beliau juga tidak terlibat hal-hal yang tidak berguna. Datang dari Jawa ke Tanah Suci dengan perbekalan seadanya. Beliau juga dikenal sebagai alim yang wara’. Rumah beliau banyak didatangi para pencari ilmu, baik untuk sekedar mengucap salam maupun untuk mencari ilmu.

Beliau wafat di Makkah di tanggal 1 Rajab, sesaat sebelum adzan Maghrib hati Ahad, malam Senin tahun 1336 H. Jenazah beliau diantar banyak orang, dan dimakamkan di pemakaman Al Ma’la. Beliau meninggalkan satu anak, yakni Kyiai Muhammad bin Mahfudz. Semoga Allah merahmati beliau.

Hidayatullah.com–Banyak kalangan Azhariyun menilai bahwa Syeikh Dr. Rif’at Fauzi Abdul Muthallib merupakan salah satu ulama musnid Mesir. Ulama yang perpustakaanya selalu terbuka untuk para pencari ilmu ini, juga telah menyebutkan silsilah sanad beliau untuk kitab Al Umm dan Ar Risalah, hingga Imam As Syafi’i. Demikian pula yang berlaku pada kitab Musnad As Syafi, yang semuanya beliau tahqiq dan takhrij hadits-haditsnya.

Mengenai Syeikh Rif’at ini, salah satu kawan pernah berkisah bahwa saat ia berkunjung ke perpustakaan beliau yang terletak di Hay Sabi’, Madinah An Nashr, Kairo. Kala itu Syeikh Rif’at sempat menunjukkan kitab karya Syeikh At Tarmusi, dengan mengatakan,” Ini karya orang Indonesia…”. Seakan-akan beliau ikut kagum dan ingin menunjukkan bahwa ulama Indonesia juga hebat, serta mendorong agar para Azhariyun Indonesia bisa meniru jejak Syeikh Mahfudz At Tarmusi, selaku ahlu al isnad.

Syeikh Mahfudz At Tarmusi memang pantas untuk dikagumi, apalagi bagi kalangan ahlu al isnad, yang mengatahui dari siapa saja beliau memperoleh ilmu dan dari kitab apa saja. Tidak hanya dalam bidang hadits saja, untuk kitab-kitab tafsir, fikih, qira’at, nahwu-sharaf, akhlak-tashawuf, bahkan sampai amalan dzikir, semuanya berasal dari para ulama yang memilki sanad bersambung hingga penulis kitab-kitab tersebut.

Berikut ini nama-nama kitab yang beliau pelajari dari berbagai disiplin ilmu yang seluruhnya bersanad hingga penulisnya, yang ditulis oleh Syeikh Al Muahfudz dalam karya beliau yang berjudul, Kifayah Al Mustafid li Ma ‘Ala min Al Asanid.

Tafsir

Syaikh Mahfudz At Tarmusi telah mengkaji beberapa kitab tafsir seperti Tafsir Al Jalalain, yang merupakan karya Imam Jalaluddin Al Mahalli (864 H) dan Imama Jalaluddin As Suyuthi (911 H), Tafsir Al Baidhawi (691 H), Tafsir Imam Al Fakhr Ar Razi (626 H), Tafsir Al Baghawi (516 H), Tafsir Al Khatabi As Syarbini (977 H), juga Ad Dur Al Mantsur karya Imam As Suyuthi. Semua kajian Syeikh Mahfudz At Tarmusi terhadap kitab-kitab tersebut bersanad yang sampai kepada para penulisnya.

Hadits

Kitab-kitab hadits yang pernah dipelajari oleh Syeikh Mahfudz melingkupi Al Jami’ As Shahih yang ditulis oleh Imam Al Bukhari (256), yang beliau simak 4 kali khatam dari Syeikh As Sayyid Abu Bakr Syatha. Beliau juga memiliki jalan periwayatan lain yang lebih pendek tentang kitab ini dari As Sayyid Husain bin Muhammad Al Habsyi. Selain Shahih Al Bukhari, beliau juga telah mempelajari Shahih Muslim (261 H), Sunan Abu Dawud (275 H), Sunan At Tirmidzi (279 H), Sunan An Nasa`i (303 H), Sunan Ibnu Majah (273 H), dengan bersanad.

Sanad hadits Syeikh Mahfudz juga sampai kepada para ulama mujtahid madzhab yang membukakan hadits. Diantaranya adalah Al Muwaththa’ Imam Malik (179 H) riwayat Yahya bin Yahya, Musnad Imam As Syafi’I (204 H), Musnad Abu Hanifah (200 H), Musnad Ahmad (241 H), Mukhtashar Ibnu Abi Jamrah (695 H), As Syifa` Qadhi Iyadh (544 H), As Syamail At Tirmidzi, Al Arba’in An Nawawiyah (676 H), Al Jami’ As Saghir karya Imam As Suyuthi, Al Mawahib karya Al Qasthalani (923 H). Dalam kitab sejarah, kitab As Sirah Al Halabiyah karya Ali Al Halabi (1044 H) serta As Sirah karya As Sayyid Ahmad Dahlan (1304 H), Syeikh Mahfudz pun memiliki sanadnya.

Fiqih

Beberapa kitab fikih yang dikaji oleh Syeikh At Tarmusi juga sanadnya menyambung kepada penulis. Di antaranya adalah Tuhfah Al Muhtaj dan karya Ibnu Hajar Al Haitami (964 H) lainnya. Selain itu ada juga Nihayah Al Muhtaj dan lainnya dari karya Imam Ar Ramli, Al Iqna dan Mughni Al Muhtaj karya Khatib As Syarbini. Periwayatan kitab-kitab karya Imam An Nawawi (676 H) dan Imam Ar Rafi’i (623 H) juga beliau miliki.

Ilmu Alat

Kitab-kitab ilmu alat yang dipilajari Syeikh Mahfudz juga diambil dari para ulama yang sanadnya sampai kepada penulis. Dari kitab-kitab tersebut adalah Matn Al Ajurrumiyah, karya Muhammad As Shanhaji (723 H), Al Alfiyah Ibnu Malik (672 H), Mughni Al Labib karya Ibnu Hisyam (761 H), Kitab Sibawaih (180 H), As Shihah karya Imam Al Jauhari (393 H), Al Qamus karya Fairuz Abadi (816 H), Talhis Al Miftah karya Khatib Jalal Ad Din Al Qazwini (739 H), Arus Al Afrah karya Bahauddin As Subki (763 H), Uqud Al Juman karya Imama As Suyuthi, As Syathibiyah (590 H), Syarh Al Baiquniyah, karya Az Zurqani (1122 H), serta Syarh An Nukhbah karya Ibnu Hajar serta Alfiyah Al Iraqi (806 H) yang disyarah oleh Ibnu Hajar.

Ilmu Ushul dan Aqidah

Kitab-kitab ilmu ushul fiqih yang sanadnya dimiliki oleh Syeikh At Tarmusi juga bersambung kepada para penulisnya antara lain, Al Waraqat karya Imam Al Haramain (478 H), Syrah Mukhtashar Ibnu Hajib karya Adhad Ad Din Al Iji (756 H), Minhaj Al Wushul karya Imam Al Baidhawi, serta Jam’u Al Jawami’ karya Taj Ad Din As Subki (771 H). Sedangkan dalam kitab aqidah seperti Al Jauharah karya Imam Al Laqani dan Al Umm Al Barahin karya Imam As Sanusi (895 H), Syeikh At Tarmusi juga memiliki sanadnya.

Akhlak dan Tashawuf

Untuk Kitab-kitab yang berkenaan dengan tashawuf dan akhlak seperti Al Hikam karya Ibnu Athaillah As Sakandari (709 H), Ar Risalah Al Qusyairiyah (475 H), Minhaj Al Abdidin dan Al Ihya’ karya Imam Al Ghazali (505 H), Awarif wa Al Ma’arif karya Imam As Suhrawardi (632 H), Syeikh Mahfudz At Tarmusi juga memiliki sanadnya hingga para penulisnya.

Tidak hanya kitab, namun amalan-amalan juga sampai kepada para ulama, salah satunya adalah hizb An Nawawi yang diamalkan oleh Imam An Nawawi.

Masih banyak kitab lainnya dimiliki periwayatannya oleh Syeikh Mahfudz At Tarmusi, karena banyak kitab yang tidak beliau sebutkan judulnya, namun beliau cukupkan dengan penulisnya, dengan menyebutkan semisal, “seluruh karya Imam Al Ghazali”.

Membukukan Guru dan Periwayatan, Tradisi para Ulama

Dengan demikian, di samping menjaga tradisi para salaf dalam mencari ilmu, memperoleh ilmu dengan cara mengambil dari guru yang memiliki sanad sampai ke penulis kitab, meminimalkan kesalahan pemahaman menganai isi kitab tersebut.

Sedangkan Syeikh Mahfudz At Tarmusi mencatat sanad yang beliau miliki, juga dalam rangka meneladani para ulama sebelumnya. Sebagaimana juga Imam An Nawawi menjelaskan bahwa hendaknya pengajar ilmu dan para pencarinya memahami sanad, dinilai buruk bagi mereka yang jahil terhadapnya, karena para guru manusia dalam ilmu merupakan bapak-bapak mereka dalam dien, yang menyambungkan antara dia dan Rabb Al Alamin. Sebagaimana juga diriwayatkan oleh Ibnu Umar secara marfu,” Ilmu adalah dien dan shalat adalah dien. Maka lihatlah dari siapa kalian mengambil ilmu dan bagaimana kalian melaksanakan shalat tersebut. Sesungguhnya kalian ditanya pada hari kiamat.” (Riawayat Ad Dailami)

Dalam tradisi para ulama, buku yang ditulis seorang ulama untuk menjelaskan para guru dan periwayatan dari mereka, disebut sebagai tsabat, dengan bentuk plural atsbat. Yang kemungkinan berasal dari kata at tsabt, yang bermakna hujjah. Dengan demikian kitab tersebut merupakan hujjah bagi penulisnya, karena disebutkan di dalamnya para guru dan sanadnya. Hal ini berlaku bagi ahlu al masyriq, yakni mereka yang hidup di belahan bumi bagian timur. Sedangkan kalangan ahlu al maghrib (penduduk dunia bagian barat) menyebutnya sebagai fahras.

#Tambihun : 

Tulisan ini disadur dari “Kifayah Al Mustafid li Ma ‘Ala min Al Asanid“, karya Al Muhaddist Al Musnid Al Faqih As Syeikh Muhammad Mahfudz bin Abdillah At Tarmusi Al Jawi Al Indunisi, terbitan Dar Al Basyair.Seorang ulama besar Al-Jawi (Melayu, Sumatra) yang sebagai muslimin di tanah suci Mekkah hingga akhir hayatnya. 

Ulama ini memeiliki reputasi internasional didunia Islam. Termashur sebagai Muhaddist (Ahli Hadist), Musaid (Mata rantai sanad hadist), faqih (Ahli Fiqih), Ahli Ushul Fiqih, dan Muqri (Ahli Qira’ati) serta Mursyid Thariqat Syadizliyah, sebagai Imam dan Guru di Masjid haram Mekkah hingga akhir hayatnya, juga ulama mullaif ( pengarang kitab), kitab yang produktif untuk disiplin ilmu keislamaan dan beberapa harganya tergolong monumental dan bermutu tinggi.

Syeikh mahfudz Al-Tarmasi (Al- Turmusi, Al-Tarmasi) nama aslinya Muhammad Mahfudz. Riwayat hidupnya semasa kecil hingga dewasa ditulisnya sebagai informasi penting tertera pada kitabnya Muhibbah Dzil Fadhal jilid 4, disebutkan Ia dilahirkan di Desa Tremas, kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan, Kresidenan Madiunm(Provinsi Jawa Timur), pada Tanggal 12 Jumadil Awal 1285 H bertepatan 31 Agustus 1868. 

Syeikh Mahfudz dilahirkan tahun 1285 H/1842 M, namun bila dihitung dengan cermat tahun 1285 H semasa dengan tahun 1868 H. Ayahnya KH. Abdullah adalah pengasuh pondok pesantren Tremas yang didirikan oleh kakeknya, KH. Abdul Manan (nama kecilnya R. Bagus Darto/ R. Bagus Sudarot ) tahun 1830, setelah menyelesaikan pendidikannya di pondok pesantren Gebang Tinatar Tegalsari Ponorogo asuhan KH. Khasan Besari, KH. Abdul Manan putra R. Demang Dipomenggolo yang di ambil menantu pamannya Demang Tremas R. Ngabei Honggowijoyo dan mereka keturunan kethok Jenggot punggawa kesultanan Surakarta yang ditugaskan membuka lahan (babat alas) Pacitan shingga menjadi perkampungan yang semakin ramai.

Muhammad Mahfudz pertama kali mengaji kepada ayahhandanya dipesantren Tremas, sampai khatam beberapa kitab (fathul Muin, fathul Wahab, Syarah Syarqowi, Minhajul Qowim, Syarah Ibnu Qosim al Ghazali) dan sebagian tafsir jalalain. Lantas Ia berguru kepada Syeikh Soleh As-Samarami (Kiyai Sholeh darat Semarang) untuk kitab-kitab tafsir Jalalain (2 kali Khatam), Syarah Al-Hikam (2 kali Kahatam), dan kitab-kitab ilmu falaq yakni syrah al al-Mardim dan wasilah ath-Thalab.

Setelah menginjak remaja Muhammad Mahfudz yang cerdas ini bersama adiknya Dimyathi bin Abdullah dikirimkan oleh ayahandanya ke tanah suci Mekkah. Ia memperdalam ilmu-ilmu keislaman dengan mengaji kepada ulama-ulama disana baik ulama Timut Tengah maupun dari kalangan Al-Jawi (berasal dari dunia Melayu) diantara guru-gurunya adalah:

1) Syeikh Ahmad al-Munsyawi (ahli Qira’at asal Ikrit), mengaji kitab Al-Qur’an Qiratul ’ashin fi riwayati khalaf bima tayasaraa min at-tajwid dan Syarah Al-Allamah ibnu Al-Qasih ala As-satibiyah.

2) Syaeikh Amr bin baslat Asy-Syami (ahli Fiqih asal Syiria) mengaji kitab Syarah Syadzuru’.

3) Syeikh Mushtofa bin Muhammad bin Sulaiman al-Afifi (ahli ilmu alat dan Usul Fiqih) Ia mengaji kitab Mahlli ’ala jam’ul jawami dan Mughni labib.

4) Imam Al-Hasab Al-Wara’ Al- Nasib Sayid Husain Muhammad Al-Habsyi (ahli Hadist) untuk kitab Shoheh Bukhori dab Shoheh Muslim.

5) Syeikh As’ad bin Muhammad Babsil Al-Hadrami (ahli Fiqih, Mufti Makkah) untuk Syarah Uqud Al Imam Asy-Syifa’an li al-Qodiyah

6) Syeikh Muhammad As-Sarbini Ad-Dimyathi (ahli Fiqih dan Qira’at asal Mesir) untuk kitab Syarah Ibnu Al – Qosih’ala As Sahidiyah, Syarah Ad-Durar al – Mudhi’ah Tibyan Al-Nasyri fi Qira’ah al-asyri, Raudhoh Nadhir al-Muthawalli, Ithkaf Al-Basyari fi Qira’ah Al-Qur’an, Al-Iddah li Syatibiyah dan Tafsir Al- Baidhowi

7) Syeikh Abu bakar bin Muhammad syatho’ Ad-Dimyathi (Syeikh Bakar Syatho’) sebagai guru Utamanya di Masjid Al-Haram. Ia mengaji kitab I’anah at-Thalibin karya gurunya tersebut dan kitab-kitab lain. Lebih dari itu ia mendapatkan Ijazah (legitimasi) dari Syeikh Bakar As-Syatho’ sebagai Musnid atau penyampai mata rantai atau sanad Hadist Bukhori matan ke 23 setelah gurunya sebagai matan ke 22.


Selain belajar kepada ulama tersebut, Syeikh Mahfudz Teremasi juga berguru kepada ulama lain di Makkah diantaranya Syeikh Ahmad bin Zaini Dahlan (Mufti Mekkah) dan Sayid Ahmad Az-Zawawi, sedangkan dari kalangan ulama Al-Jawi ia berguru kepada Syeikh Nawawi Al-Bantani dan Syeikh Wan Ahmad Al-Fathani, sahabat-sahabatnya di Mekkah yang terkenal antara lain tak terkecuali (Syeikh Muhammad Yusuf Al-kamali), Syeikh wan daud bin Musthofa Al-Fathani (asal Fatani, Thailand) dan Syeikh Abdullah fahim (Mufti pulau pinang, Malaysia).

Syeikh Musthofa juga pernah belajar di madinah yakni kepada Syeikh Sayid Muhammad Amin bin Ahmad Ridwan al- Madani, dan dari ulama ini ia mendapat Ijazah Dalailul khoirot. Al-Burdah, Al Ahzab, Al- Auliyat Al-Aljami, al-Mutawalli dan kitab Al- Muwatho’ karangan Imam Malik bin Anas. Dan dari sini pula, yakni Syeikh Sayid Muhammad Amin bin Ahmad Ridwan al- Madani penulis, Muhtadi Hasbi mendapatkan sanad Dala-il disamping ada sanad dari Syeikh Ahmad Yasin Al-Fadani.

Ketika sedang asyiknya mendalami ilmu-ilmu keislamaan, Ayahandanya yang sudah Uzur, memanggil pulang Syeikh Mahfudz dan Syeikh Dimyathi. Ia menyuruh adiknya pulang kampung untuk meneruskan kepemimpinan di pesantren Tremas dan ia minta izin ayahandanya untuk melanjutkan tugas belajarnya di Mekkah.

Syeikh mahfudz At-termasi tambah dan berkembangnya sebagai ulama besar dan merupakan kebanggaan mukmin al-Jawi sebagai Imam dan Guru di Masjidil al-haram mekkah yang muridnya dari beberapa Negara tidak terbatas dari Nusantara. 

Ulama ini terkenal 'alim 'allamah dalam berbagai disiplin ilmu, sehingga Syeikh Yasin bin Isa Al Fadani Al-makki (1917-1991) memberinya gelar kehormatan Syeikh Mahfudz sabagai Al-Alamah, Al-Muhaddist, Al-Musnid, Al-Faqih, Al-Ushuli, dan Al-Muqri (sangat alim, ahli ilmu hadist, ahli ilmu fiqih, ahli ilmu mata rantai sanad hadist, ahli ushul fiqih, dan ahli qira’ati). 

Gelar ini pantas di sandang oleh ulama Jawi asal Tremas Pacitan ini, terbukti pada karya-karya tulisannya beberapa jilid, kesemuanya berbahasa arab dan mata bahasanya yang sedemikian tinggi terutama untuk kitabnya Muhibbah Dzil Fadhal makky Dzawin Nadhar.

Syeikh Mahfudz sebagai mursid hadist Bukhori matan ke 23 dan secara berturut-turut mata rantai tersebut mulai Imam Al-Bukhori sampai kepadanya adalah sebagai berikut:

1. Imam al Bukhori (Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah (194-256 H/810-870 M).

2. Imam Al-Hafidz Al-Hujja’
3. Imam Muhammad bin Yusuf bin Matar al-Farbasi.
4. Imam Abdullah bin Ahmad.
5. Syeikh Abdul Hasan Abdurahman bin Mudhofar Ad-Daud
6. Imam Al-Hambali.
7. Imam Al-Hasan bin Al Mubaraq Az-Zubaidi.

8. Syeikh Ahmad bin Thalib Al-Hajar.
9. Syeikh Ibrahim bin Muhammad
10. Syeikh Ahmad bin Hajar Al-Asqolani
11. Syeikh Islam Zakaria Al-Ashari Al-Hafidz

12. Syeikh Muhammad bin Ahmad al Ghaisi
13. Syeikh Salim bin Muhammad As-Sauhari
14. Syeikh Muhammad bin Alauddin Al-Babili
15. Syeikh Abdullah bin Salam Al-Bashri
16. Syeikh Salim bin Abdullah bin Salim al Bashri
17. Syeikh Muhammad Ad-Dafri

18. Syeikh isa bin Muhammad Al-Barawi
19. Syeikh Muhammad bin Ali Asy-Sarwani
20. Syeikh Usman bin Hasan Ad-Dimyathi
21. Syeikh Ahmad bin Zaini

22. Syeikh Abu Bakar bin Muhammad Syatho’ ad-Dimyathi
23. Syeikh Mahfudz bin Abdullah At-Termasi. 

Syeikh Mahfudz memberikan ijazahnya kepada Syeikh Hasyim Asy’ari asal Jombang sebagai mata rantai ke 24 yang berhak menyampaikan hadis Bukhori yang memenuhi kelayakan.

Syeikh Mahfudz at-Termasi termasuk ulama penulis yang Produktif dan Kharismatik dan berkulitas tinggi dalam bidang Fiqih, Hadist, Nahwu/alat, dan disiplin ilmu keislamaan lainnya.

Karya-karya ilmiyahnya inilah yang membuat nama Syeikh Mahfudz dikenal dibeberapa belahan dunia Islam, terutama ulama yang pernah belajar di Saudi Arabia maupun Mesir, diantara karya Ilmiyah ulama berasal Tremas ini berjudul:

Muhibbah Dzil fadlah Hasyiah Syarah Mukhtasar Bafadhal terdiri 4 Jilid besar (2339 halaman. Yang merupakan syarah (komentar) dari kitab terkenal Tahfah Al-Muhtaj karangan Syeikh ibnu Hajar al-Haitami (908-947 H/1503-1566 M), terkenal dengan kitab Muhibbah (tulis 1315-1319 H).

Al-Sigoyah al-Mudhiyyah asani kutub al-ashhab al-syafi’iyah(1313 H) merupakan kitab fiqih dalam lingkup ulama-ulama Syafi’iyah.

Nail al-Ma’mul bi hasyiat ghayat al-wushul fi ilmi al-ushul, merupakan kitab ushul fiqih terdiri 3 jilid .

Hasyiah Tahmilah al-Minhaj al-Qawim ila al-faraidh; merupakan karya penyempurnaan ilmu faraid/hukum waris
Minhaj Dzawi al-Nadhar bi Syarhi maudzamat al-Atsar (1329) setelah 300 halaman lebih berisi syarah terhadap kitab maudzumat al-atsar karyanya syeikh abdurahman as-Suyyuthi.

Al –Mishah al-Khairiyyah fi Arbain Hadisan min Ahadist khair al-Bariyyah kumpulan 40 hadist pilihan seperti arbain Nawawi

Al-Khali’ah al-Fikriyah fi Syarhi al Mukah al-Kahiriyyah, berisi syarah terhadap karya tulisnya sendiri al-mauidah al-kahiriyyah yang berisi syarah hadist arbain berdasarkan syair dari syeikh al-Basthomi dari al-hafidz abu bakar al-Bunyamin.

Tsulatsyiat al-Bukhori tentang hadist Imam Bukhori.
Unyathu al-Tholabah bi Syarhi Nadhomi at-thoyyibah fi qira’at as-syariyah tentang Qira’at menurut 10 Imam.

Al-fawaidh at-tamsyyiah fi asanid al-qira’at as-syariyyah.
Al-Badr al-Munir fi qira’at al-Imam ibnu katsir
Tanwir As-Shadr fi Qira’at al-Imam Abi Amir.
Insyirah al-Fuad fi qira’at al-Imam Hamzah.
Ta’mim al-manafi fi qira’at al-Imam Nafi’
Is’af al-Mathali bi Syarhi badr al-Lami’ Nadhami.
Jam’u al jawami’.

Inayah al-Muftaqar fima yata’allaq bi Sayyidina al-Khidir
Bughah al-adzbiya’ fi al bahtsin Karamat al-‘auliya.
Al-Kahbir bi syarhi Miftah (Abi Dzar).
Tahyiah al-Fikr alfiyyah (al sayir).

Dari beberapa karya karanya tersebut merupakan bahwa Syeikh mahfudz merupakan ulama besar dan sebagai salah seorang bintang dari ulama-ulama Al-Jawi (Melayu) di tanah suci Makkah. Karya-karyanya masih tetap dibaca kaum muslimin di Nusantara, karna mutunya dan menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa utama umat islam.

Syeikh Mahfudz bin Abdullah at-Tarmasi wafat pada hari Sabtu menjelang maghrib tanggal 1 Rajab 1338 H/ bertepatan tanggal 20 Maret 1920 M dalam usia 52 tahun menurut tahun masehi, 53 tahun lebih menurut tahun Hijriyah. Jenazah di makamkan dipekuburan ma’la dekat dengan makam Siti Khadijah. 

Sepeninggalan Syeikh Mahfudz…. putranya yang belum dewasa, Muhammad pulang kembali ke bentangan Demak (Indonesia) dan kelak Muhammad mendirikan pesantren Tahfidz Al-Qur’an di desa asal ibunya tersebut. 

Peninggalan Syeikh mahfudz untuk kaum muslimin, disamping kitab-kitab yang ditulisnya, juga murid-muridnya yang telah menjadi ulama pelita umat, diantaranya : KH. Hasyim Asy’ari, KH. Abdul wahab hasbullah, KH. Bisri Syamsuri, KH. Mas Mansyur, KH. Dimyathi dan KH. Ahmad Dahlan, Semarang (keduanya adik sendiri), KH.R. Asnawi, Syeikh Umar Hamdani (Makkah), Syeikh Sa’dullah Al-maimani (Mufti Bombay India), Syeikh Ahmad bin Abdullah (ahli Qira’at syiria), Syeikh Ismail al Kalantani (kalantan Malaysia), dan masih banyak lagi yang lainnya.

Referensi:

Direktori pesantren, P3M Jakarta, 1986.
Direktori pondok pesantren, dirjen bimbingan islam Depag jakarta,2000

Masyhuri, abdul aziz, 99 kiai pondok pesantren nusantara, kutub, yogyakarta, 2006.

Masthuri dan ishom el saha, inteletualisme pesantren II, diva pustaka, Jakarta, 2003.

Zamaksyari dhofir, tradisi pesantren, LP3es, Jakarta 1985.
Syaifuddin Zuhri, sejarah kebangkitan islam dan perkembangannya di Indonesia, al-ma’arif, bandung, 1981.

Abdullah, wan Mohd syaghir, syeikh Ahmad al-fathani pemikir Agung melayu dan Islam, khazanah fathamiah, kuala lumpur, 2005

Abdullah, wan M. Shaghir, Syeikh mahfudz at-Termasi ulama Hadist Dunia melayu, pengkaji, khazanah@yahoo.com

Majalah amanah n0.47/april 1988 tentang PP.Bustanul Qur’an bentengan Demak/KH.Muhammad bin Mahfudz.

Alkisah no.19/th II/13-26 september 2004.
Alkisah no.03/th VII/9-22 Februari 2009.


@ sumber artikel : https://sites.google.com/site/pustakapejaten/manaqib-biografi/7ulama-nusantara/kh-mahfudz-termas 

Press TV Live

Diposkan Oleh: Muhtadi Bantan - Diperbarui Pada: Pukul 03.05.00







Press Tv Live Bisa anda simak disini, selamat menelaah.


Nilai Dari Sebuah Kejujuran

Diposkan Oleh: Muhtadi Bantan - Diperbarui Pada: Jumat, 03 Januari 2014 Pukul 05.32.00



Nilai Dari Sebuah Kejujuran


Betapa Mahal Nilai Kejujuran itu.

Banyak orang justru percaya bahwa penyebab dari negaranya menjadi makmur, nyaman dan aman adalah karena Masyarakatnya Jujur. Banyak orang percaya bahwa semua kebaikan yang ada di negaranya berawal dari KEJUJURAN pula. Dan pada saat seorang jujur, maka semua fasilitas umum untuk rakyat akan terbangun dan tertata dengan baik dan rapih sebagaimana mestinya, seumpama fasilitas Kesehatan, Pendidikan, Kesejahteraan dll. Jalanan akan terang benderang tiap nalam bila tiada orang yang nganggur menyambit lampu penerangan umum. Jalanan akan lancar bila semaksimal mungkin fasilitasnya dicukupi dan dipelihara.

Masyarakat percaya dan bahkan pembaca juga meyakini bahwa, kejujuran bisa melahirkan segalanya, aman nyaman dan makmur. Kita percaya bahwa setiap manusia itu pintar, tiada yang bodoh karena asal kejadian manusia diciptakan sebagai makhluk yang pintar (hayawan nathiq), namun pintar ini akan beda jika dibarengi dengan tidak jujur tak beretika. Dengan kejujuran maka setiap kepintaran manusia akan menjadi manfaat bagi sesama dan seluruh negeri.

Kita yakin jika setiap aparat pemerintah jujur dan rakyatnya jujur maka sebuah negara bisa menjadi makmur tanpa perlu menjadi yang paling pintar dibidang pendidikan.
Bila ditelaah ternyata memang benar, banyak negara masuk dalam salah satu negara dengan tingkat korupsi NYARIS NOL, karena kejujuran tadi, akhirnya di negara itu pendidikannya menjadi baik dan sangat maju.

Tidak salah jika kita katakan bahwa KETIDAK JUJURAN (mental korup), akan melahirkan bencana berantai dalam sebuah negara.

Mengapa harus dengan jujur?

Kejujuran adalah awal dari semua kebaikan dan bukan KEPINTARAN. Coba kita renungkan dan telaah dengan seksama. Seandainya dahulu saat kita mendirikan sekolah, kira2 10 tahun silam, Kejujuran dan Etika Moral adalah Prioritas utama, sedangkan kepintaran itu bisa dikembangkan kemudian. Karena pada dasarnya kita juga telah yakin bahwa setiap anak terlahir pintar. Maka akhirnya, kita tidak terlalu pusing jika seorang anak belum bisa berhitung saat masuk SD atau bahkan setelah sekolah SD, tapi kita sangat peduli jika sorang anak tidak jujur dan beretika buruk.

Kita dihadapkan pada keharusan untuk mengejawantahkan agar tetap mempertahankan apa yang sudah diyakini, yakni, hidup dalam kejujuran dalam bingkai etika dan moral. Bahwa AHLAK dan KEJUJURAN adalah landasan untuk MEMBANGUN NEGARA YANG KUAT DAN MAKMUR. Dan bukan angka2 akademik yang tertera di buku Raport. Maka betapa mahal harganya dari nilai sebuah kejujuran. Allahu A'lam.