" ليس الجمال بأثواب تزيننا ولكن الجمال بجمال العلم والأدب "

Silahkan cari:
Subscribe:

Ads 468x60px

Hakikat Ikhlash (sunda)

Diposkan Oleh: Muhtadi Bantan - Diperbarui Pada: Selasa, 19 Juni 2012 Pukul 13.32.00



Dina raraga urang ibadah ka gusti nu maha suci, penting ibadah kudu make niat anu iklas, murni lillahi ta'ala, tanpa gorod karena arah, tanpa ngarepkeun tujuan sejen lian ti ibadah, sabab bisi malikeun jauh tina paneatan anu utama.

Nurutkeun kana kaedah fikih "al-isytigholu bighoiril maqshudi, i'rodlun 'anil maqshudi" nyibukeun diri jauh lain tina tujuan, eta ngabalieur tina pamaksudan. Tujuan nu tadi na murni hayang ganjaran, gara-gara aya riya, akirna kalah ka meunang genjrengan.

Nurut kana macemna, iklas aya tilu:


iklas hususil husus, iklasna para nabi jeung para rosul
iklas husus, iklasna para wali jeung ulama khowwash
iklas umum, iklasna jalma biasa nu sok ibadah.


Iklas umum moal sarua jeung iklas wali, iklas wali moal sarua jeung iklas nabi, oge kitu jeung sabalikna katut saterusna.


Umumna iklas manusia, salian ngarahan sah ibadah, pasti hayang ka tarima, maka sataker kebek hirup ngiklaskeun diri, endung kana di sebut riyaan. Hajuna boga pikiran ari tacan iklas, moal waka migawe sabab nganggur. Padahal urusan gawe ibadah ulah nunggu kudu iklas heula, bisi angel di lakonan.

Solusina, ambeh ibadah ulah riya, ingetkeun yen iklas jeung riya eta undak usuk kumaha kadar darajat makomna, biasana mun kakarak, pasti ronghok jaljol hate hayang ka alem, hayang kasohor hayang ka aku ku calon mitoha ambeh jd minantu. Upama aya kitu maning maju terus ulah eureun, najan bari hayang ka alem oge. Ibadah teuteup sah asal nyumponan sarat jeung rukuna. Ari riya, ukur ngajadikeun kotor hungkul kana ibadah. Ngibaratkeun kawas samping samarenda hiji kacepretan ku leutak jadi barelok, mahal keneh jeung hargaan tibatan samping atlas bersih sapuluh meunang ngagosok. Dasar ibadah saeutik kalah munya menye ampe ka eureuna. Maningan lobakeun migawe jongjon ibadah nu kawas kumaha oge. Kawas meuli beas ti pasar sakarung, di teundeun di dapur di rempung ku kotok anakan, paling beak saliter sesana loba keneh. Daripada meuli beas saliter ngadon moal aya sesa rengse kabeh teu ka bagean.

Nu matak sulit ari nganyahokeun iklas anu euweuh riyaan, di mana ayana, sihoreng kanyahoanana aya di jalema nu tukang riyaan. Kawas hayang nyaho rasana cageur, nanyana kudu ka jalema geuringan, ulah nanya kanu telok geuring.

Sakitu ajaran  Hakekat Ikhlash (sunda). Mudah-mudahan aya manfaatna husus ka diri pribadi salaku panulis ieu umumna muslimin muslimat katut mukminin mukminat. Mudah-mudahan urang dijadikeun jalema anu ibadahna pinuh ku ka ikhlasan dina sagala hal.. Amin.

Mbah Arwani Amin Kudus

Diposkan Oleh: Muhtadi Bantan - Diperbarui Pada: Selasa, 12 Juni 2012 Pukul 06.21.00




KH. M. Arwani Amin Kudus

Sosok Alim, Santun dan Lembut

KH. M. Arwani Amin dilahirkan dari pasangan H. Amin Sa’id dan Hj. Wanifah pada Selasa Kliwon, 5 Rajab 1323 H., bertepatan dengan 5 September 1905 M di Desa Madureksan Kerjasan, sebelah selatan masjid Menara Kudus.

Nama asli beliau sebenarnya Arwan. Tambahan “I” di belakang namanya menjadi “Arwani” itu baru dipergunakan sejak kepulangannya dari Haji yang pertama pada 1927. Sementara Amin bukanlah nama gelar yang berarti “orang yang bisa dipercaya”. Tetapi nama depan Ayahnya; Amin Sa’id.
KH. Arwani Amin adalah putera kedua dari 12 bersaudara. Saudara-saudara beliau secara berurutan adalah Muzainah, Arwani Amin, Farkhan, Sholikhah, H. Abdul Muqsith, Khafidz, Ahmad Da’in, Ahmad Malikh, I’anah, Ni’mah, Muflikhah dan Ulya.

Dari sekian saudara Mbah Arwani (demikian panggilan akrab KH. M. Arwani Amin), yang dikenal sama-sama menekuni al-Qur’an adalah Farkhan dan Ahmad Da’in.

Ahmad Da’in, adiknya Mbah Arwani ini bahkan terkenal jenius. Karena beliau sudah hafal al-Qur’an terlebih dahulu daripada Mbah Arwani. Yakni pada umur 9 tahun. Ia bahkan hafal Hadits Bukhori Muslim dan menguasai Bahasa Arab dan Inggris.
Kecerdasan dan kejeniusan Da’in inilah yang menggugah Mbah Arwani dan adiknya Farkhan, terpacu lebih tekun belajar.

Konon, menurut KH. Sya’roni Ahmadi, kelebihan Mbah Arwani dan saudara-saudaranya adalah berkat orangtuanya yang senang membaca al-Qur’an. Di mana orangtuanya selalu menghatamkan membaca al-Qur’an meski tidak hafal.
Selain barokah orantuanya yang cinta kepada al-Qur’an, KH. Arwani Amin sendiri adalah sosok yang sangat haus akan ilmu. Ini dibuktikan dengan perjalanan panjang beliau berkelana ke berbagai daerah untuk mondok, berguru pada ulama-ulama.
Tak kurang, 39 tahun beliau habiskan untuk berkelana mencari ilmu. Diantara pondok pesantren yang pernah disinggahinya menuntut ilmu adalaj pondok Jamsaren (Solo) yang diasuh oleh Kyai Idris, Pondok Tebu Ireng yang diasuh oleh KH. Hasyim Asy’ari dan Pondok Munawir (Krapak) yang diasuh oleh Kyai Munawir.

Selama menjadi santri, Mbah Arwani selalu disenangi para Kyai dan teman-temannya karena kecerdasan dan kesopanannya. Bahkan, karena kesopanan dan kecerdasannya itu, KH. Hasyim Asy’ari sempat menawarinya akan dijadikan menantu.
Namun, Mbah Arwani memohon izin kepada KH. Hasyim Asy’ari bermusyawarah dengan orang tuanya. Dan dengan sangat menyesal, orang tuanya tidak bisa menerima tawaran KH. Hasyim Asy’ari, karena kakek Mbah Arwani (KH. Haramain) pernah berpesan agar ayahnya berbesanan dengan orang di sekitar Kudus saja.
Akhirnya, Mbah Arwani menikah dengan Ibu Nyai Naqiyul Khud pada 1935. Bu Naqi adalah puteri dari KH. Abdullah Sajad, yang sebenarnya masih ada hubungan keluarga dengan Mbah Arwani sendiri.
Dari pernikahannya dengan Bu Naqi ini, Mbah Arwani diberi empat keturunan. Namun yang masih sampai sekarang tinggal dua, yaitu KH. M. Ulinnuha dan KH. M. Ulil Albab, yang meneruskan perjuangan Mbah Arwani mengasuh pondok Yanbu’ sampai sekarang.
Yah, demikian besar jasa Mbah Arwani terhadap Ummat Islam di Indonesia terutama masyarakat Kudus, dengan kiprahnya mendirikan pondok yang namanya dikenal luas hingga sekarang.

Banyak Kyai telah lahir dari pondok yang dirintisnya tersebut. KH. Sya’roni Ahmadi, KH. Hisyam, KH. Abdullah Salam (Kajen), KH. Muhammad Manshur, KH. Muharror Ali (Blora), KH. Najib Abdul Qodir (Jogja), KH. Nawawi (Bantul), KH. Marwan (Mranggen), KH. Ah. Hafidz (Mojokerto), KH. Abdullah Umar (Semarang), KH. Hasan Mangli (Magelang), adalah sedikit nama dari ribuan Kyai yang pernah belajar di pondok beliau.
Kini, Mbah Arwani Amin telah tiada. Beliau meninggal dunia pada 1 Oktober 1994 M. bertepatan dengan 25 Rabi’ul Akhir 1415 H. Beliau meninggal dalam usia 92 tahun.
Namun, meski beliau telah meninggal dunia, namanya tetap harum di hati sanubari masyarakat. Pondok Yanbu’ul Qur’an, Madrasah TBS, Kitab Faidlul Barakat dan berbagai kitab lain yang sempat ditashihnya, menjadi saksi perjuangan beliau dalam mengabdikan dirinya terhadap masyarakat, ilmu dan Islam.***

Khasiat Wudlu

Diposkan Oleh: Muhtadi Bantan - Diperbarui Pada: Senin, 11 Juni 2012 Pukul 21.20.00




Khasiat Wudlu
Tiada di sangka tiada diduga apa yang sering kita abaikan dan sering di acuhkan ternyata mengandung banyak hikmah dan tentu banyak guna dan faidah. Kali ini menyimak tentang wudlu.

Wudlu adalah pekerjaan yang dilakukan untuk membersihkan diri dari hadats kecil. Wudlu dalam Islam masuk di dalam Bab al-Thaharah dalam pengertiannya membersihkan diri baik menyangkut makna penyucian rohani maupun jasmani, seperti halnya tayammum, dan mandi junub. Tidak disebutkan menggunakan kalimat Bab al-Nadhafah yang berarti pembersihan secara fisik saja. Rasulullah SAW selalu berusaha mempertahankan keabsahan wudlunya hal mana tersebut didalam banyak literatur hadits. Namun kali ini hadits-hadits itu tidak di kemukakan karena akan membahas hikmah dari wudlu itu.

Ahli Neurology Austria Membeberkan Fakta Mengejutkan Tentang Wudhu. Prof Leopold Werner von Ehrenfels, seorang psikiater dan sekaligus neurology berkebangsaan Austria, menemukan sesuatu yang menakjubkan terhadap wudhu. Ia mengemukakan sebuah fakta yang sangat mengejutkan. Bahwa pusat-pusat syaraf yang paling peka dari tubuh manusia ternyata berada di sebelah dahi, tangan, dan kaki. Pusat-pusat syaraf tersebut sangat sensitif terhadap air segar. Dari sini ia menemukan hikmah dibalik wudhu yang membasuh pusat-pusat syaraf tersebut. Ia bahkan merekomendasikan agar wudlu bukan hanya milik dan kebiasaan umat Islam, tetapi untuk umat manusia secara keseluruhan.

Organ tubuh yang menjadi anggota wudlu disebutkan dalam QS al-Maidah [5]:6, adalah wajah, tangan sampai siku, dan kaki sampai mata kaki. Dengan senantiasa membasuh air segar pada pusat-pusat syaraf tersebut, maka berarti orang akan memelihara kesehatan dan keselarasan pusat sarafnya. Pada akhirnya Leopold memeluk agama Islam dan mengganti nama menjadi Baron Omar Rolf Ehrenfels.

Ulama Fikih juga menjelaskan hikmah wudlu sebagai bagian dari upaya untuk memelihara kebersihan fisik dan rohani. Daerah yang dibasuh dalam air wudlu, seperti tangan, daerah muka termasuk mulut, dan kaki memang paling banyak bersentuhan dengan benda-benda asing termasuk kotoran. Karena itu, wajar kalau daerah itu yang harus dibasuh.

Ulama tasawuf menjelaskan hikmah wudlu dengan mengatakan bahwa daerah-daerah yang dibasuh air wudlu memang daerah yang paling sering berdosa. Kita tidak tahu apa yang pernah diraba, dipegang, dan dilakukan tangan kita. Banyak pancaindera tersimpul di bagian muka. Berapa orang yang jadi korban setiap hari dari mulut kita, berapa kali berbohong, memaki, dan membicarakan aib orang lain. Apa saja yang dimakan dan diminum. Apa saja yang baru diintip mata ini, apa yang didengar oleh kuping ini, dan apa saja yang baru dicium hidung ini? Ke mana saja kaki ini gentayangan setiap hari? Kalangan ulama melarang mengeringkan air wudlu dengan kain karena dalam redaksi hadis itu dikatakan bahwa proses pembersihan itu sampai tetesan terakhir dari air wudlu itu (ma’a akhir qathr al-ma’).

Cahaya Di Atas Cahaya

Diposkan Oleh: Muhtadi Bantan - Diperbarui Pada: Jumat, 08 Juni 2012 Pukul 04.34.00




اللهم اجعل فى قلبى نورا

Diriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah membawa sebuah baju hitam dengan pernik-pernik berwarna kuning dan merah ke hadapan para sahabatnya, lalu Rasulullah berkata: “Siapakah menurut kalian orang yang hendak aku pakaikan baju ini padanya?”. Semua sahabat terdiam sambil berharap untuk mendapatkan baju tersebut. Kemudian Rasulullah berkata: “Panggilah Ummu Khalid...!”. Setelah Ummu Khalid datang Rasulullah lalu memakaikan baju tersebut kepadanya seraya berkata: “Pakailah, semoga banyak memberikan manfa’at bagimu”. Setelah Rasulullah memakaikan baju tersebut kepada Ummu Khalid lalu melihat kepada pernik-pernik warna kuning dan warna merah dari baju sersebut, seraya berkata: “Wahai Ummu Khalid ini adalah pakaian yang indah”